Rinai hujan menyambutku
Seakan menghibur, segala kepenatan dan kegelisahan hati
Kulangkahkan kaki menuju pintu gerbang
Dari jauh terlihat ia sudah menunggu
Kuperlebar langkah, segera menujunya
Pintu terbuka, menyilahkanku masuk
Tak lupa kusalami yang tersayang
Seraya barang-barangku kubanting perlahan
Merebahkan tubuhku, menyusul keluhan semu
Rinaii hujan masih menemaniku
Tergoda ku untuk melihat keluar dinding bening itu
Kupandang segala apa yang ada dihadapanku
Lalu sekelebat memoriku kembali ke masa lalu
Surabaya, sepuluh tahun lalu
Segalanya terlihat lebih sederhana
Duniaku masih kecil, tak kukenal satupun darimu
Namun aku mengenal, satu yang kukagumi
Dan kan terus kukagumi
Teringatku akan segala yang dulu kucinta
Hamparan sawah hijau membentang
Layaknya permadani di kota gersang
Liukan ombak kian merayu
Seakan ingin mengundangku bermain bersama
Kicauan-kicauan indah dari paruh mungil itu
Menghibur segala penat, kesenduanku
Surabaya, lima tahun yang terlewat
Tampaknya dunia makin sibuk dengan urusannya
Puluhan kendaraan menyusuri jalan
Jalanan yang dulu selalu kukunjungi
Terkenang ku dengan kehijauan dan keramahannya
Tanpa asap, tanpa kelam
Hanya hijau yang senantiasa menyejukkan
Sunyi, terdengar kicauan indah
Dan bunga-bunga cerah dengan genitnya mengajak menari
Surabaya, pukul 4 sore
Aku masih termenung
Pandanganku belum teralih dari balik dinding bening itu
Lalu kutangkap sekelebat bayangan
Sang sungai. Ternyata sang sungai memanggilku
Kututup perlahan mataku
Lalu kudengar segala jeritan itu
Begitu keras, hingga aku bertanya-tanya
Bagaimana mungkin aku tak pernah menyadarinya?
Hingar bingar kota tak dapat menutupinya
Segala jeritan itu, susah untuk kupalingkan diriku darinya
Sungai yang merintih, dengan segala kotorannya
Pohon yang menangis, dengan segala luka-lukanya
Bunga yang menjerit, dengan tangkai-tangkai patahnya
Surabaya, sore itu
Rinai hujan entah tampak tak mau meninggalkanku
Mungkin ia tak mau membiarkanku sendiri
Dan aku tersadar
Mengapa ia menemaniku
Rinai hujan itu ingin menyadarkanku.
dara.antares
3 komentar:
heii puisi terumit yang pernah kamu buat ya?? I like it! :D
hha tidak juga.. thanks :)
Oke oke :)
Post a Comment