12.25.2009

surabaya pukul 4 sore

Rinai hujan menyambutku

Seakan menghibur, segala kepenatan dan kegelisahan hati

Kulangkahkan kaki menuju pintu gerbang

Dari jauh terlihat ia sudah menunggu

Kuperlebar langkah, segera menujunya

Pintu terbuka, menyilahkanku masuk

Tak lupa kusalami yang tersayang

Seraya barang-barangku kubanting perlahan

Merebahkan tubuhku, menyusul keluhan semu

Rinaii hujan masih menemaniku

Tergoda ku untuk melihat keluar dinding bening itu

Kupandang segala apa yang ada dihadapanku

Lalu sekelebat memoriku kembali ke masa lalu

Surabaya, sepuluh tahun lalu

Segalanya terlihat lebih sederhana

Duniaku masih kecil, tak kukenal satupun darimu

Namun aku mengenal, satu yang kukagumi

Dan kan terus kukagumi

Teringatku akan segala yang dulu kucinta

Hamparan sawah hijau membentang

Layaknya permadani di kota gersang

Liukan ombak kian merayu

Seakan ingin mengundangku bermain bersama

Kicauan-kicauan indah dari paruh mungil itu

Menghibur segala penat, kesenduanku

Surabaya, lima tahun yang terlewat

Tampaknya dunia makin sibuk dengan urusannya

Puluhan kendaraan menyusuri jalan

Jalanan yang dulu selalu kukunjungi

Terkenang ku dengan kehijauan dan keramahannya

Tanpa asap, tanpa kelam

Hanya hijau yang senantiasa menyejukkan

Sunyi, terdengar kicauan indah

Dan bunga-bunga cerah dengan genitnya mengajak menari

Surabaya, pukul 4 sore

Aku masih termenung

Pandanganku belum teralih dari balik dinding bening itu

Lalu kutangkap sekelebat bayangan

Sang sungai. Ternyata sang sungai memanggilku

Kututup perlahan mataku

Lalu kudengar segala jeritan itu

Begitu keras, hingga aku bertanya-tanya

Bagaimana mungkin aku tak pernah menyadarinya?

Hingar bingar kota tak dapat menutupinya

Segala jeritan itu, susah untuk kupalingkan diriku darinya

Sungai yang merintih, dengan segala kotorannya

Pohon yang menangis, dengan segala luka-lukanya

Bunga yang menjerit, dengan tangkai-tangkai patahnya

Surabaya, sore itu

Rinai hujan entah tampak tak mau meninggalkanku

Mungkin ia tak mau membiarkanku sendiri

Dan aku tersadar

Mengapa ia menemaniku

Rinai hujan itu ingin menyadarkanku.




dara.antares

3 komentar:

Unknown said...

heii puisi terumit yang pernah kamu buat ya?? I like it! :D

dara.antares said...

hha tidak juga.. thanks :)

Unknown said...

Oke oke :)

Post a Comment