8.20.2011



8.11.2011



8.10.2011

august wishes?

(not) saying goodbye to Aussie,
working hard on Singapore,
and wishing the best for Japan.


*augustwishes

8.09.2011

So Close

You're in my arms
And all the world is calm
The music playing on for only two
So close together
And when I'm with you
So close to feeling alive

A life goes by
Romantic dreams must die
So I bid mine goodbye and never knew
So close was waiting, waiting here with you
And now forever I know
All that I want is to hold you
So close

So close to reaching that famous happy ending
Almost believing this one's not pretend
And now you're beside me and look how far we've come
So far, we are, so close

How could I face the faceless days
If I should lose you now?

We're so close
To reaching that famous happy ending
Almost believing this one's not pretend
Let's go on dreaming for we know we are

So close
So close

And still so far..

8.04.2011

Nasional.is.Me

"Yang menarik dari kisah peristiwa 10 November adalah rakyat Surabaya memilih untuk berjuang dan berusaha walaupun keadaannya seakan-akan tidak mungkin. Hanya karena mereka tahu bahwa itu adalah sesuatu yang benar untuk dilakukan. Berjuang.

Di hadapan mereka, adalah jumlah lawan yang lebih banyak, dengan persenjataan yang lebih lengkap.
Secara nalar, tidak mungkin Surabaya bisa memenangkan pertarungan itu, dan pada akhirnya memang tidak.
Namun walaupun tampak tidak mungkin, rakyat Surabaya tetap berusaha, dengan sangat gigih.

Hari ini, pemuda dan pemudi Indonesia tampak bengong setiap kali saya ajak mereka untuk menciptakan perubahan.
Wajah mereka sinis dan berkata, "Mana mungkin..."
"Saya kan hanya mahasiswa."
"Saya kan hanya orang kantoran."
"Saya kan hanya orang biasa, nggak punya uang banyak, menciptakan perubahan tampak tinggi biayanya."
"Saya kan hanya rakyat, bukan decision makers."

...
Memalukan.
"Saya kan HANYA..."
Pemuda dan pemudi Indonesia merendahkan diri mereka dengan menggunakan kata "hanya".
Pada saat pemuda dan pemudi masa lalu mempertaruhkan NYAWA mereka untuk meninggikan derajatnya di hadapan dunia asing. Di hadapan Jepang, Portugis, Inggris, dan Belanda yang berpikir mereka bisa menindas kita.

Pemuda-pemudi yang bilang, "Saya kan hanya rakyat." harusnya pergi ke Taman Makam Pahlawan Kalibata dan melihat betapa banyaknya makam yang hanya bertuliskan "Pemuda" karena sang pejuang itu tidak dikenal identitasnya. Ia hanya rakyat yang ikut angkat senjata melawan penjajahan, mempertahankan kemerdekaan.

Malu.
Harusnya mereka malu kepada semua yang sudah gugur di Surabaya karena mereka tetap berusaha walaupun di hadapan 30.000 tentara lawan, menang tampak tidak mungkin.

Malu karena, untuk kita, kalau kita gagal berusaha resikonya malu, sementara mereka resikonya kehilangan nyawa.
Malu karena mereka tidak punya infrastruktur yang kita punya untuk berusaha, tetapi mereka tetap berjuang.

Malu karena walaupun mereka sudah mati-matian membebaskan negerinya dari penjajahan, bertahun-tahun kemudian, anak dan cucunya masih punya mental orang jajahan yang hanya bisa nurut dan bekerja, tanpa mau menggunakan kebebasannya untuk berpendapat dan berkarya.

Pemuda-pemudi Surabaya hari ini, harusnya menjadi yang terdepan untuk membuktikan pada seluruh Indonesia bahwa, sekali lagi, anak muda Surabaya akan gigih berusaha, melawan ketidakmungkinan."


(Nasional.is.Me)

Sebuah mimpi abstrak

Ada sebuah percakapan antara seorang ibu dengan anaknya.

Anak : (duduk memandangi brosur jurusan yang diminatinya)
Ibu : "Kamu lihat apa?"
A : (tidak bergeming, tenggelam dalam brosur-brosur itu)
I : "Sastra Inggris? Kakekmu itu bakat sastra Arab, bukan sastra Inggris."
A : "Lalu? Aku adalah aku, bukan orang lain."
I : "Kembalikan brosur itu sekarang, Ibu tidak mau melihatnya."
A : "Tidak, ini yang aku mau."
I : "Ibu tidak mengijinkanmu, kau tahu itu"
A : (berdiri dengan sedikit emosi) "Ya aku tahu, aku hanya boleh masuk FK, iya kan?"
I : "Nah itu kau tahu,"
A : "Maaf bu, tapi aku tidak bisa."
I : "Berapa kali sudah kita bicarakan ini? Tidak ada pekerjaan lain yang bisa membawamu keliling Jepang dan bahkan dunia!"
A : "Oh ya? Itu keberuntungan, dan kerja keras. Pekerjaan lain juga bisa seperti itu, butuh keberuntungan, dan kerja keras."
I : (tampar)


lalu saya terbangun. menangis.

8.03.2011

ayo nabung!


*siap siap nabuuung
ngidam tingkat tinggiiii aaaaa o___o*

8.02.2011

Merah Putih



Berkibarlah Bendera Negeriku
Berkibarlah Engkau didadaku
Tunjukanlah Kepada Dunia

Semangatmu Yang Panas Membara

Daku Ingin Jiwa Raga ini
Selaraskan Keanggunan

Daku Ingin Jemariku Ini

Menuliskan Kharismamu

Berkibarlah Bendera Negeriku

Berkibar di Luas Nuansamu

Tunjukanlah Kepada Dunia

Ramah Tamah Budi Bahasamu


Daku Ingin Kepal Tangan Ini

Menunaikan Kewajiban
Putra Bangsa Yang Mengemban Cita

Hidup Dalam Kesatuan

(Merah Putih)


8.01.2011

Pak Habibie

REPUBLIKA.CO.ID,AACHEN - B.J. Habibie memaklumi adanya orang pintar Indonesia yang memilih tidak pulang ke tanah airnya. Meski memilih tinggal di luar negeri, Habibie yakin orang-orang itu tetap cinta Indonesia.

“Dari zaman saya di Eropa, isunya sama: brain drain. Tapi, kita realistis saja. Bagaimana orang pintar mau pulang ke Indonesia kalau tidak ada lapangan pekerjaan di sana,” kata Habibie saat memberikan kuliah umum di kota Aachen, Jerman, Sabtu (30/7).

Ia berbicara banyak soal IPTEK, ekonomi, brain drain, dan kenangan masa mudanya di kota teknik Jerman, Aachen. Antusiasme masyarakat (intelektual) Indonesia memang terlihat di acara ini. Sekitar 470 mahasiswa di daratan Eropa menyempatkan diri datang ke Aachen.

Habibie sendiri terlihat segar, antusias dan seperti biasa penuh senyum. Ia memulai dua sesi kuliah umum dengan menceritakan pengalamannya berkuliah di Aachen pada tahun 1950-an. Ketika panitia mengisyaratkan bahwa waktu yang diberikan terbatas, kakek yang pandai melucu ini berseloroh,“Kekurangan saya memang itu: tidak bisa berhenti kalau sudah ngomong.”

Brain Drain
Pada sesi tanya-jawab, seorang mahasiswi sempat mempertanyakan bagaimana mungkin kualitas sumber daya manusia Indonesia bisa ditingkatkan jika sekolah pun belum terjamin untuk semua anak Indonesia. Habibie menanggapi dengan ringan.

“Indonesia kan punya banyak sekali sumber daya alam. Harusnya SDA itu yang dimanfaatkan sebaik mungkin untuk kemajuan otak manusianya,'' katanya. “Ya, jangan pesimis, dong. Nggak maju-maju kita kalau pesimis terus. Saya yakin Indonesia bisa. Soal kemampuan sih, nggak usah dipertanyakan lagi.”

Masalah brain drain pun Habibie tak cemas. “Bohong itu kalau bilang, orang Indonesia yang di luar negeri are lost people yang nggak punya nasionalisme.”

Menurutnya, pilihan yang realisitis untuk (sementara) bertahan di luar negeri. Apalagi untuk para ilmuwan, kondisi dalam negeri tidak mendukung mereka melakukan riset atau mengembangkan keahlian.

“Tapi saya yakin, jika ada kesempatan, tak ada orang Indonesia yang tidak ingin berbakti pada tanah air,” katanya. “Nggak masalah kalau sekarang mereka ingin ‘mencari bekal’ dulu di luar negeri.”


orang hebat memang jarang dihargai,

namun mereka akan muncul dengan ide-ide yang menggemparkan dunia,

dan orang-orang akan memperebutkan dirinya.